Peluruhan Demokrasi di Partai Golkar

Cover Album Rage Against the Machine
Hasrat Partai Golkar (PG) untuk menjadi partai modern agaknya mendapat tantangan cukup berat baru-baru ini. Percepatan agenda Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) dengan agenda tunggal pencapresan Aburizal Bakrie mengindikasikan kemunduran sangat serius di partai yang begitu dominan di masa Orba ini. Padahal, sejak memasuki era Reformasi –meskipun sempat dibayangi tuntutan pembubaran– Golkar dinilai cukup sukses melakukan penyesuaian diri dengan sistem demokrasi yang meniscayakan keterbukaan serta partisipasi penuh setiap orang dalam setiap

Tantangan Politik Nasional 2014. Catatan Robertus Robet & Heru Lelono

Dr. Robertus Robet
Setelah lebih dari satu dasawarsa, politik kita menyuguhkan kehidupan berdemokrasi yang relatif makin kokoh. Bukti kekokohan demokrasi itu bisa kita lihat secara unik yakni justru dari adanya aneka kritik dan desakan terhadap demokrasi itu sendiri. Hanya demokrasi, yang mengijinkan kritik total terhadap kehidupan politik di dalamnya. Makin terbuka ia terhadap kritik, maka ia akan terlembaga secara kuat. Di sini, demokrasi bekerja secara paradoksal: semakin segala pihak mengkritik dan menghantam politik demokrasi kini sebagai kurang pas, kurang ideal maka sesungguhnya ia makin menikmati demokrasi. Ia mungkin kurang sadar bahwa ia hanya dapat memproduksi kritik bertubi-tubi karena ada sistem politik yang menjamin adanya kekuasaan