Truth will remain Truth

Kebenaran adalah kebenaran, meski hanya tersisa satu orang saja yang mempertahankannya.

Dan hanya ada satu jalan bagi kemenangan kebenaran, yaitu persatuan dari para penggenggam hujan.

The Journey of Mental Revolution

      Nikola Tesla (1856 – 1943) was an inventor, physicist, and futurist 

In the competition to win the sympathy of the people in the recent presidential election, the issue of the “mental revolution” made a somewhat surprising resurgence.

The history of concept of mental revolution can be traced back to the first President of the Republic of Indonesia, Sukarno.  Mental revolution d intimately tied in with one of his famous basic concepts of the state, Trisakti.  More precisely, the concept was introduced in Sukarno’s state speech at the ceremony proclaiming Indonesia’s independence on 17 August 1962.

In the speech, the first President of Indonesia contended that Indonesia must pass through the stages of revolution again. That, even after emerging victorious in the struggle of the physical revolution, the mental, socioeconomic, and cultural revolutions had yet to be won.  Thus the mental revolution would be that the challenge that the Indonesian people would face in changing their way of thinking and adopting new forms of thought.

Memperdalam Polemik dalam Debat Strategi Pemberatasan Kemiskinan I Bagian kedua dari tiga tulisan

Baiklah, seperti yang saya janjikan di tulisan sebelumnya, pada bagian kedua ini akan saya lampirkan konteks kedalam teks ini. Saya memiliki keyakinan bahwa anda sebetulnya sudah tahu akan konteks yang akan saya diskusikan di bawah ini.

Kritik Demokrat
Konteks dari tulisan ini adalah kerasnya pukulan terbaru yang diayunkan Genk Bogor terhadap satu kelompok yang hari ini tengah menguasai panggung kepolitikan nasional, sebut saja Genk Banteng, yang sebagian besarnya bermarkas di Menteng. Adalah media yang pertama-tama mengendus bau amis dari potensi ‘pertumpahan darah’ ini. Dan dengan mempertimbangkan hubungan panas dingin dua mantan presiden itu maka takkan mengherankan jika dalam waktu dekat tensi perdebatan ini akan menjadi lebih hangat.

Namun, sayang sekali hal itu tidak (belum) terjadi, padahal kita akan benar-benar bersatu seandainya debat ekonomi-politik ini dihayati dalam mentalitas ‘mempertemukan pemikiran-pemikiran kebangsaan’. Namun mari kita lupakan sejenak diskursus yang mulai mendingin itu. Mari kita kembali ke pokok tulisan untuk sekedar menghangatkannya kembali.

On Zionism

Sepatah Kata Pengantar
Sengaja saya postingkan salah satu transkrip dari Benjamin Freedman ini. Dia dikenal sebagai seorang ‘pengkhianat’ bagi bangsa Israel. Seluruh informasi yang disajikannya memang masuk akal, namun efek teror mental yang dihasilkannya juga tak kalah besarnya. Namun, tulisan ini cukup penting, hanya saja kita harus bijak memahaminya.

Sengaja saya tidak menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia. Pertama, karena tidak ada waktu, Kedua, dan alasan ini adalah yang terutama, supaya anda memahami keindahan dalam bahasa aslinya. Akhir kata, selamat membaca.