Pemikiran tentang seksualitas dan kekuasaan merupakan kontribusi utama Foucault atas ilmu-ilmu sosial. Pada pikirannya ini terdapat deskripsi mengenai regulasi politik tubuh dalam, melalui, dan atas tubuh fisik. Kekuasaan berakar di dalam kekuasaan atas tubuh (biopower), di dalam setiap aktivitas mikrofisika tubuh, dan di dalam setiap institusi politik tubuh (Anthony Synnott, 2007: 369-374).
Konstruksi politis dan filosofis mengenai tubuh tumbuh bersamaan dengan berbagai konstruksi ilmiah. Perkembangan mutakhir dalam ilmu kedokteran mendorong konstruksi atas tubuh menjadi mekanistik dan materialistik. Praktik bedah plastik dan transplantasi tubuh di Amerika Serikat menujukkan massifnya gejala rekayasa atas tubuh. Lebih dari dua juta operasi dilakukan setiap tahunnya. Dengan kata lain, tubuh kini tidak lagi dianggap sesuatu yang final (diperlakukan sebagai hadiah Tuhan yang diterima tanpa koreksi); melainkan bersifat plastis, dapat dibentuk dan direkayasa sesuai peruntukkan praktisnya.
Meski makna tubuh diperdebatkan selama berabad-abad namun tidak pernah ada tanda-tanda bahwa akan ada konsensus final yang mengikat secara universal. Rekonstruksi makna tubuh terus berubah dari zaman ke zaman, dan karenanya, hari-hari ini terdapat banyak sekali paradigma mengenai tubuh yang saling bersaing, saling melengkapi, dan atau bahkan berkonfrontasi. Tak diragukan lagi, redefinisi atas kebertubuhan akan terus menerus berlanjut di abad-abad mendatang. (Anthony Synnott, 2007:51-57).
Dalam "Sejarah Seksualitas", Foucault menjelaskan tentang 'ledakan besar' wacana-wacana seksualitas di dunia medis, psikiatris dan di dalam teori pendidikan. Tesis dasar dari karyanya ini yakni bahwa seksualitas bukanlah realitas alamiah melainkan produk sistem wacana dan praktik yang membentuk bagian-bagian pengawasan dan kontrol individu yang semakin intensif. Foucault mengatakan bahwa pembebasan itu pada kenyataannya merupakan bentuk perbudakan, karena seksualitas yang tampak alamiah itu sebenarnya merupakan produk dari kekuasaan.
Tujuan utama Foucault adalah mengkritik cara masyarakat modern mengontrol dan mendisiplinkan anggota-anggotanya dengan mendukung klaim dan praktik pengetahuan ilmu manusia (kedokteran, psikiatri, psikologi, kriminologi dan sosiologi). Ilmu manusia telah menetapkan norma-norma tertentu dan norma tersebut direproduksi serta dilegitimasi secara terus-menerus melalui praktik para guru, pekerja sosial, dokter, hakim, polisi dan petugas administrasi. Ilmu manusia menempatkan manusia menjadi subyek studi dan subyek negara. Terjadi ekspansi sistem administrasi dan kontrol sosial yang dirasionalkan secara terus-menerus (Sarup, 1993: 108-110).
Pemikiran Foucault tentang seksualitas dan kekuasaan menjadi pemikiran penting untuk menganalisis kondisi ketimpangan serta relasi kuasa yang tidak seimbang dalam masyarakat. Termasuk juga tentang seksualitas dan kesehatan kaum perempuan. Sebagaimana tertulis dalam buku tentang Sejarah Seksualitas, Foucault mendiskusikan cara-cara perempuan dan kaum homoseksual melakukan perlawanan atas penolakan yang mereka terima dari masyarakat (Agger, 2007: 351).
Melalui pemikiran Foucault kita bisa melihat bagaimana bekerjanya sistem simbol, kekuatan simbolik, seksualitas dan kekuasaan yang berada dibalik berbagai diskursus yang melandasi kebijakan serta praktik-pratik layanan publik. Termasuk bekerjanya kekuatan sistem simbol dalam layanan kesehatan reproduksi perempuan. Dikatakan bahwa makna tubuh perempuan dan cara pandang tentang tubuh perempuan adalah semata-mata sebagai tubuh biologis patologis, dan -tak lupa- selalu dilihat dari sudut pandang laki-laki. Adanya cara pandang dalam kedokteran dan layanan kesehatan yang menganggap bahwa menstruasi, kehamilan, kelahiran, menopause sebagai permasalahan biologis patologis. Suatu pandangan yang menyebabkan tekanan berlebihan pada aspek tubuh dan medis fisik dalam praktik layanan kesehatan reproduksi perempuan.
Pemikiran Foucault dapat digunakan untuk melakukan analisis kritis trerhadap tubuh, seksualitas dan kesehatan perempuan. Karena kaum perempuan telah mengalami proses internalisasi tentang definisi tubuh perempuan yang mengarah kepada 'denigration of the female body' yang membuat perempuan takut, malu atau bahkan merasa jijik terhadap bagian-bagian tertentu dari tubuhnya ketika berada di dalam proses yang sebenarnya sangat alamiah seperti menstruasi, melahirkan dan menopause. Tidak mengherankan apabila sebagian besar dari kita --termasuk praktisi kesehatan-- mempercayai dan bahkan mengesahkan proses medikalisasi terhadap tubuh perempuan, bahkan sejak sebelum lahir (Northrup, 2002: 11).
Dalam pemikiran filsafat kontemporer, seks dan seksualitas manusia adalah konstruksi sosial/kultural dari masyarakat yang bersangkutan, sebab kedua hal tersebut baru mendapat maknanya yang dibentuk oleh jaringan-jaringan sosial dalam kehidupan manusia. Dalam hal Foucault membangun konsep pemikiran mengenai pembentukan seksualitas dalam jaringan-jaringan kekuasaan. Foucault menolak pewacanaan seks dalam seksualitas yang merumuskan kedua hal tersebut dalam pengertian-pengertian yang negatif maupun destruktif. Sebagai konstruksi sosial, seksualitas mempunyai pluralitas makna yang dilengkapi dengan logika kebenarannya masing-masing. Makna-makna ini akan selalu berubah, liquid, dan bergerak seiring dengan pergeseran dan perubahan yang terjadi terhadap nilai-nilai kemasyarakatan (Syarifah, 2006).
No comments:
Post a Comment