Tidak Ada Figur Lain Seideal Sri Mulyani


PARTAI Serikat Rakyat Independen (SRI) memiliki keyakinan tinggi untuk mengusung Sri Mulyani. Anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI Rocky Gerung menyatakan, saat ini belum ada sosok capres lain yang memenuhi standar ideal sebagai pemimpin bangsa selain Sri Mulyani. ”Kami memakai nama Sri Mulyani untuk pendidikan politik,” ujarnya saat dihubungi, kemarin (10/9). Dengan memakai nama Sri, kata Rocky, ada standar ukur yang jelas harus seperti apa calon pemimpin masa depan. Reputasi Sri Mulyani yang sudah melakukan reformasi di bidang pajak, layak menjadi pertimbangan. Setiap calon pemimpin lain, harus memiliki rekam jejak yang bisa diingat, untuk dinilai layak sebagai capres. ”Sri Mulyani itu standar ukur, siapa yang bisa melampaui dia, itu ukurannya,” ujarnya. Menurut Rocky, partai SRI menawarkan etika dan ide republikanisme kepada rakyat.

Negara harus menjadi produsen dari demokrasi. Dalam hal ini, partisipasi publik harus menjadi aktif, bukan pasif selama ini. ”Ini adalah republikanisme,” ujar dosen Filsafat Universitas Indonesia itu. Ide yang diusung partai SRI, kata Rocky, juga mendapat persetujuan dari Sri Mulyani, capres yang tengah diusung. Sampai saat ini, Sri Mulyani memang tidak pernah memberikan jawaban ya atau tidak dalam hal pencalonannya kepada publik. Namun, telah ada relasi antara Sri Mulyani dengan partai SRI. ”Sri Mulyani itu kan direktur world bank, tentu dia dilarang untuk memberikan pernyataan politis,” ujarnya. Gerakan untuk menokohkan sekaligus mendorong tampilnya Sri Mulyani Indrawati sebagai capres 2014 memang telah mencapai puncaknya dengan pendirian Partai SRI. Namun, Sri Mulyani yang tengah mengabdi sebagai Direktur Operasional di Bank Dunia, Washington DC, Amerika Serikat, sampai sekarang, belum memberikan respon apa –apa.

Ini tidak terlalu mengejutkan. Ketika para pendukungnya mulai menggagas srimulyani.net yang lalu berkembang menjadi Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan (SMI –Keadilan), Sri Mulyani juga tidak muncul. Padahal, ketika itu, wacana pencapresan dirinya sudah muncul. ’’Sri Mulyani memang terlihat masih wait and see,’’ kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi. Bagi Sri Mulyani, lanjut Burhan, partai berlogo tangan yang tengah menggenggam sapu lidi itu merupakan pertaruhan besar bagi masa depan politiknya. Kalau Partai SRI gagal memaksimalkan perolehan suara dalam pemilu 2014 mendatang, para elit politik akan melihatnya sebagai bukti kegagalan Sri Mulani dalam menarik simpati pemilih. Makanya, dalam pendirian Partai SRI, lanjut Burhan, Sri Mulyani tidak mau terlihat tampil di depan. Bahkan, untuk sekedar menyatakan memberi restu terhadap Partai SRI.

’’Soalnya, Sri Mulyani sendiri tidak begitu yakin dengan potensi Partai SRI,’’ jelas Burhan. Burhan tidak begitu yakin Partai SRI mampu lolos verifikasi parpol baru di Kemenkum HAM. Apalagi, sampai menjadi salah satu kontestan pemilu 2014. ’’Banyak pihak menduga, termasuk saya, Partai SRI ini berada di menara gading,’’ katanya. Karena itu, opsi alternatif, untuk menumpangkan Sri Mulyani lewat kendaraan partai politik lain mau tak mau harus disiapkan. Menurut Burhan, dari ukuran atau size parpol, yang paling mungkin tinggal Partai Demokrat, PDIP, dan Partai Golkar. ’’Partai yang lain kecil –kecil,’’ ujar Burhan. Meski begitu, PDIP kemungkinan besar akan sulit menerima sosok Sri Mulyani, karena platform ekonomi –politik yang cenderung bertolak belakang. Selama ini, perspektif ekonomi –politik Sri Mulyani dituding bernuansa neolib dan terlalu pro –asing. Golkar, sambung Burhan, juga hampir mustahil bisa mencapreskan Sri Mulyani. ’’Kasus century yang melibatkan Sri Mulyani masuk rekomendasi Munas Golkar untuk diselesaikan ketum terpilih,’’ ingat Burhan.

Pintu terakhir yang masih terbuka adalah melalui Partai Demokrat. Namun, Burhan menilai Sri Mulyani dan koleganya ke Partai Demokrat masih belum melakukan pendekatan tingkat elit ke Partai Demokrat. Yang terjadi justru banyak elit pendukung fanatik Sri Mulyani yang terlalu agresif memanfaatkan kisruh internal yang tengah menghantam Partai Demokrat. Terutama dalam kasus Nazaruddin. Memang ketika Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang paling berpotensi tampil sebagai capres tersingkir, peluang Sri Mulyani untuk merebut tiket dari Partai Demokrat semakin besar. ’’Para pendukung Sri Mulyani bertepuk tangan dengan riuh atas persoalan yang terjadi di Partai Demokrat. Tentu itu bisa menimbulkan resistensi. Seharusnya mereka jangan membuka front politik dengan siapapun,’’ tandas Burhan. (bay/pri) (sumber: http://www.indopos.co.id )

No comments:

Post a Comment